Home / Intsernasional / Krisis “Sampah Kenangan” Liburan: Tumpukan Mainan Plastik Pecahkan Rekor di Pantai Inggris

Krisis “Sampah Kenangan” Liburan: Tumpukan Mainan Plastik Pecahkan Rekor di Pantai Inggris

Krisis "Sampah Kenangan" Liburan: Tumpukan Mainan Plastik Pecahkan Rekor di Pantai Inggris

Jakarta – Kesenangan musim panas ternyata menyisakan masalah lingkungan yang serius. Usai hiruk pikuk liburan panjang, pantai-pantai dibanjiri dengan sisa-sisa kegembiraan: tumpukan mainan plastik, ember, sekop, dan perlengkapan pantai sekali pakai lainnya. Fenomena ini memicu keprihatinan mendalam dari komunitas pegiat lingkungan.

Baca Juga : Peluang Karier di BP Tapera: Dibuka 19 Posisi Strategis Tahap II 2025

Pantai Weymouth Jadi Saksi “Tsunami” Sampah Plastik
Kondisi mengejutkan ini dialami oleh komunitas Weymouth & Portland Marine Litter Project di Dorset, Inggris. Para relawan melakukan penyisiran pantai Weymouth selama lebih dari 60 malam, dari Mei hingga Agustus 2025, untuk membersihkan sisa liburan musim panas.

Relawan senior, Dave Taylor, mengaku terperangah dengan volume sampah yang ditemukan. “Orang-orang benar-benar membeli semua barang untuk hari itu dan kemudian meninggalkannya di pantai, sungguh menakjubkan… kami menemukan sampah benar-benar terhanyut ke laut saat air pasang,” ungkapnya, menegaskan betapa parahnya kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Bukan hanya mainan plastik, relawan juga mengumpulkan beberapa karung handuk pantai yang ditinggalkan. Handuk-handuk ini, alih-alih dibuang, kemudian dicuci bersih dan disumbangkan untuk digunakan di Monkey World, sebuah pusat penyelamatan primata.

Solusi Inovatif: Dari Daur Ulang Hingga Pemberdayaan Seni
Alih-alih langsung membuang tumpukan sampah ini ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), komunitas ini menerapkan prinsip ekonomi sirkular.

Mainan Plastik: Bersama kelompok pramuka setempat, mainan disortir. Lebih dari 90% barang yang diambil akan didaur ulang. Mainan yang masih layak pakai dibersihkan dan diperbaiki, siap untuk digunakan kembali oleh pengunjung pantai pada musim panas berikutnya.

Barang Lain: Pelampung karet aneka bentuk yang sudah kempes tidak berakhir sia-sia. Mereka disalurkan ke kampus Weymouth untuk diolah menjadi karya seni oleh mahasiswa. Sementara itu, tenda pantai, kursi lipat, payung, dan penahan angin yang ditinggalkan juga diupayakan untuk digunakan kembali atau dialihfungsikan.

Inti dari gerakan ini, menurut Taylor, adalah berusaha untuk mengurangi sampah sejak awal dan melawan mentalitas “selama ada di tempat sampah, semuanya baik-baik saja.” Ia menyoroti fakta bahwa di tepi pantai Weymouth, 70 lebih tempat sampah penuh meluap setiap hari.

Pengolahan Sampah Resmi dan Harapan bagi Traveler
Menanggapi lonjakan sampah ini, Dewan Kota Dorset menjelaskan proses pengelolaan sampah yang terkumpul dari tempat sampah. Sampah tersebut diolah bersama sampah hitam (campuran) di pabrik biologis mekanis di dekat Wimborne.

Bahan organik dan daur ulang akan diekstraksi di pabrik tersebut.

Sisa material diubah menjadi bahan bakar dan dikirim ke fasilitas Energi dari Limbah (seperti insinerasi) di Somerset dan Eropa.

Hanya sebagian kecil limbah yang tidak dapat diolah yang akan dikirim ke tempat pembuangan akhir.

Meskipun sistem pengelolaan limbah sudah berjalan, pesan utama dari komunitas lingkungan tetaplah jelas: pencegahan adalah kunci.

Dave Taylor menekankan pentingnya perubahan perilaku. “Traveler harus berhenti membuang sampah sembarangan di pantai dan menyia-nyiakan barang begitu saja,” ujarnya. Kejadian ini menjadi pengingat keras bagi setiap pengunjung pantai untuk bertanggung jawab atas barang bawaan mereka dan menghindari pembelian mainan plastik murah yang hanya akan menjadi sampah dalam hitungan jam.

Tag: