Lumajang, Jawa Timur – Gunung Semeru, yang dikenal sebagai ‘Mahameru’ dan menjadi salah satu gunung api teraktif di Indonesia, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Pada Sabtu dini hari (1/11/2025), gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tersebut memuntahkan guguran lava pijar dengan jarak luncur yang signifikan.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru melaporkan bahwa luncuran guguran lava pijar tercatat mencapai jarak 2.500 meter (2,5 kilometer) dari puncak kawah Jonggring Saloko, bergerak menuju kawasan lembah di sepanjang Besuk Kobokan di sektor tenggara.
“Guguran lava pijar dengan jarak luncur 2.500 meter mengarah ke Besuk Kobokan,” terang Sigit Rian Alfian, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, dalam laporan tertulisnya.
Peristiwa erupsi ini mempertegas status Gunung Semeru yang masih berada pada Level III (Siaga) atau Level II (Waspada, berdasarkan data pencarian). Dalam 24 jam terakhir, aktivitas vulkanik Semeru cenderung tinggi, ditandai dengan letusan dan guguran lava yang berkelanjutan, meski kolom abu yang dihasilkan dilaporkan tidak mencapai ketinggian yang ekstrem.
Rekomendasi Bahaya dan Zona Larangan
Mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan oleh guguran lava, awan panas guguran (APG), dan banjir lahar, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan imbauan keras kepada masyarakat.
Zona Larangan dan Kewaspadaan:
- Aktivitas di Radius 8 Km: Masyarakat direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di dalam radius 8 kilometer dari puncak kawah Semeru (pusat erupsi).
- Sektor Tenggara (Besuk Kobokan): Jarak aman tersebut diperluas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan (anak sungai dari Curah Kobokan) sejauh 13 kilometer dari puncak, mengingat luncuran lava pijar terkonsentrasi di wilayah ini.
- Waspada Banjir Lahar: Masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru, seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar terutama saat terjadi hujan. Material vulkanik yang menumpuk di lereng Semeru sangat rentan terbawa air hujan menjadi lahar dingin yang berdaya rusak tinggi.
Kawasan Besuk Kobokan sendiri merupakan daerah aliran lahar yang sangat rawan dan sempat menjadi perhatian publik saat Jembatan Gladak Perak (kini dikenal juga sebagai Jembatan Besuk Kobokan) hancur diterjang Awan Panas Guguran (APG) pada erupsi besar tahun 2021. Peningkatan aktivitas ini menuntut kesiapsiagaan dan kepatuhan tinggi dari warga di sekitar lereng Semeru.
