Jakarta – Perdagangan valuta asing (valas) di awal pekan menunjukkan sentimen positif bagi Rupiah. Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah secara signifikan, melanjutkan koreksi yang terjadi di pasar global.
Baca Juga : Maraknya Judi Slot Online di Indonesia: Antara Teknologi, Hukum, dan Dampak Sosial
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu, 15 Oktober 2025 pagi, nilai tukar USD/IDR dibuka di zona merah, terkoreksi dan berada pada level Rp 16.574. Angka ini menunjukkan pelemahan Dolar AS sebesar 29 poin, atau setara 0,17% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Meskipun masih berada di level tinggi pasca-lonjakan, pelemahan ini memberikan sedikit ruang bernapas bagi mata uang domestik dan menunjukkan adanya pergeseran sentimen investor dari safe haven (aset aman) Dolar AS ke aset berisiko.
Dolar AS Tertekan Melawan Mayoritas Mata Uang Dunia
Koreksi Dolar AS terhadap Rupiah sejalan dengan tren pelemahan yang terjadi secara serentak terhadap mata uang utama global maupun Asia. Indeks Dolar (DXY) tampak tertekan menyusul rilis data ekonomi AS yang mungkin memberi sinyal dovish (kurang agresif) dari Federal Reserve, atau meredanya kekhawatiran geopolitik yang sempat memicu penguatan Greenback sebelumnya.
Rincian Pelemahan Dolar AS (USD) terhadap Mata Uang Utama:
Mata Uang Perubahan (%) Keterangan
Yen Jepang (JPY) Melemah 0,47% Yen menjadi salah satu mata uang yang paling diuntungkan dari pelemahan Dolar pagi ini, didorong oleh pergerakan yield obligasi AS atau intervensi spekulatif.
Dolar Australia (AUD) Melemah 0,40% Menguatnya Dolar Australia sebagai mata uang komoditas menunjukkan adanya peningkatan selera risiko investor global.
Pound Sterling (GBP) Melemah 0,23% Mata uang Inggris bergerak menguat, menyusul data inflasi atau pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan di kawasan Eropa.
Dolar Singapura (SGD) Melemah 0,19% SGD menunjukkan daya tahan di tengah pelemahan Dolar, mencerminkan fundamental ekonomi Singapura yang stabil.
Yuan China (CNY) Melemah 0,15% Penguatan Yuan, meskipun tipis, menandakan upaya stabilisasi oleh otoritas China atau membaiknya optimisme pasar terhadap ekonomi Tiongkok.
Euro (EUR) Melemah 0,14% Euro berhasil memanfaatkan koreksi Dolar, didukung oleh data atau komentar pejabat Bank Sentral Eropa (ECB).
Analisis Pasar: Apa di Balik Koreksi Dolar?
Pelemahan Dolar AS yang terjadi secara seragam terhadap hampir semua mata uang mitra dagangnya mengindikasikan bahwa faktor pendorong utama berasal dari internal Amerika Serikat atau perubahan sentimen global:
Reaksi Data AS: Pasar global mungkin sedang mencerna rilis data penting AS yang menunjukkan perlambatan di pasar tenaga kerja atau inflasi yang mulai mereda. Data ini dapat memicu spekulasi bahwa The Fed (Bank Sentral AS) mungkin akan menunda atau mengurangi laju kenaikan suku bunga, mengurangi daya tarik yield Dolar AS.
Penyerapan Risiko Global: Ketika ketegangan geopolitik mereda atau muncul sinyal perbaikan ekonomi di kawasan lain (Eropa atau Asia), investor cenderung beralih dari aset aman (Dolar) kembali ke aset berisiko yang menawarkan return lebih tinggi, seperti mata uang pasar berkembang, termasuk Rupiah.
Aksi Profit Taking: Setelah penguatan Dolar yang substansial dalam beberapa waktu terakhir, terutama mendekati level psikologis Rp 16.600, wajar jika terjadi aksi ambil untung (profit taking) dari para pelaku pasar, yang secara otomatis menekan kurs Dolar ke bawah.
Proyeksi Jangka Pendek untuk Rupiah
Koreksi Dolar AS ini menjadi momentum yang baik bagi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas Rupiah. Namun, pasar valas cenderung menunggu data-data ekonomi makro AS berikutnya, termasuk laporan Inflasi (CPI) atau pertemuan Federal Reserve.
Selama Dolar AS terus menunjukkan tekanan global, Rupiah berpotensi bertahan di bawah level Rp 16.600, meskipun tren penguatan yang berkelanjutan masih bergantung pada aliran modal masuk (capital inflow) dan kebijakan moneter domestik yang ketat. Investor disarankan untuk memantau batas support (bawah) dan resistance (atas) kurs USD/IDR di tengah volatilitas pasar global.