Home / Intsernasional / Masa Depan Ukraina di Bawah Bayang-Bayang Keputusan Trump

Masa Depan Ukraina di Bawah Bayang-Bayang Keputusan Trump

Masa Depan Ukraina di Bawah Bayang-Bayang Keputusan Trump

WASHINGTON DC – Nasib Ukraina menjadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara terang-terangan menyatakan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO dan tidak akan mendapatkan kembali Crimea. Pernyataan kontroversial ini disampaikan Trump hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan menjamu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Gedung Putih.

Baca Juga : Sampoerna Bangun Pabrik dan Pusat Penelitian Senilai Rp 4,8 Triliun

Dalam serangkaian unggahan di platform media sosial Truth Social miliknya pada Minggu (17/8), Trump menulis, “Presiden Zelensky dari Ukraina dapat segera mengakhiri perang dengan Rusia, jika ia mau, atau ia dapat terus berjuang.” Ia melanjutkan dengan mengaitkan isu ini dengan kebijakan masa lalu, “Ingat bagaimana semuanya bermula. Tidak ada pengembalian Crimea yang diberikan oleh Obama dan TIDAK ADA UKRAINA MASUK NATO. Beberapa hal tidak pernah berubah!!!”

Pernyataan ini muncul menyusul pertemuannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Alaska. Pertemuan tersebut, yang bertujuan membahas perdamaian di Ukraina, berakhir tanpa kesepakatan formal. Namun, Putin mengklaim bahwa ia dan Trump mencapai “kesepahaman” yang dapat membuka jalan menuju perdamaian, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Reaksi dan Pertemuan Penting di Washington
Pernyataan Trump ini bertolak belakang dengan sikap NATO sebelumnya. Sebelum Trump kembali menjabat, negara-negara anggota NATO telah menyepakati “jalur yang tidak dapat diubah” bagi Ukraina untuk menjadi anggota aliansi tersebut.

Untuk membahas masa depan Ukraina, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, bersama dengan para pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, dijadwalkan bergabung dengan Zelensky di Washington. Trump menyambut kedatangan mereka dengan antusias di media sosial, menyebutnya sebagai “hari besar di Gedung Putih” dan “kehormatan besar”.

Presiden Zelensky sendiri merespons pernyataan Trump dengan mengunggah pesan di media sosial. Ia mengungkapkan “rasa syukur” atas undangan tersebut dan menegaskan, “Kita semua memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri perang ini dengan cepat dan andal.”

Namun, Zelensky juga menyinggung pentingnya jaminan keamanan yang efektif dari para sekutu, menyoroti kegagalan “jaminan keamanan” yang diberikan kepada Ukraina pada tahun 1994. Ia menambahkan, “Tentu saja, Krimea seharusnya tidak diserahkan saat itu,” dan menekankan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan wilayahnya seperti Kyiv, Odesa, atau Kharkiv setelah invasi tahun 2022.

Pernyataan dari kedua belah pihak ini menunjukkan perbedaan pandangan yang signifikan mengenai cara mengakhiri konflik. Trump cenderung mengedepankan solusi yang melibatkan konsesi teritorial dan non-keanggotaan NATO, sementara Zelensky tetap teguh pada integritas wilayah dan kebutuhan akan jaminan keamanan yang kuat.

Tag: