Jakarta/Phnom Penh – Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa Kamboja melancarkan kecaman keras terhadap militer Thailand menyusul serangan kedua yang fatal terhadap Kuil Ta Krabei. Serangan yang terjadi pada 10 Desember 2025 tersebut dilaporkan telah menghancurkan sebagian besar struktur bangunan kuno yang merupakan warisan budaya penting.
Baca Juga : Harga Emas Antam Melambung Tinggi: Tembus Rp 2.453.000 per Gram, Mencapai Titik Tertinggi Sebulan
Kuil Ta Krabei, sebuah situs suci abad ke-11 yang terletak di Provinsi Oddar Meanchey, kini hampir tidak dapat dikenali lagi. Serangan ini meratakan banyak aspek arsitektur kuil, menyisakan tumpukan puing alih-alih struktur bersejarah yang utuh.
Dilansir Cambodia Ness pada Jumat (12/12/2025), pemerintah Kamboja menjelaskan bahwa serangan kedua ini tetap dilancarkan meskipun sebelumnya telah dikeluarkan imbauan resmi pada 9 Desember 2025, yang meminta Thailand untuk menghentikan seluruh aksi militernya di dekat situs tersebut. Serangan yang berlanjut justru memperparah kehancuran peninggalan bersejarah itu.
Kejahatan Terhadap Warisan Budaya dan Pelanggaran Konvensi Internasional
Kementerian Kebudayaan Kamboja mengeluarkan pernyataan yang sangat tajam, mengutuk tindakan tersebut sebagai kejahatan serius terhadap warisan dunia.
“Tindakan ini merupakan kejahatan serius terhadap warisan budaya, tidak beradab dan biadab, dan pelanggaran terang-terangan terhadap konvensi internasional untuk perlindungan kekayaan budaya, termasuk Konvensi Den Haag 1954 dan Konvensi Warisan Dunia 1972,” tegas kementerian tersebut.
Kementerian mendesak komunitas internasional untuk segera menekan militer Thailand agar menghentikan penargetan situs bangunan bersejarah. Kuil Ta Krabei, yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryavarman I dan Raja Udayadityavarman II, kini didokumentasikan sebagai bagian dari catatan sejarah agresi militer, menjadikannya bukti nyata tragedi kemanusiaan dan budaya.
Menteri Informasi Kamboja, Neth Pheaktra, secara spesifik menyoroti dampak kerusakan yang diakibatkan oleh penggunaan senjata berat dan pesawat tempur oleh militer Thailand. Ia menilai penyerangan ini tidak hanya melanggar kedaulatan wilayah Kamboja, tetapi juga menghancurkan struktur candi Khmer, yang sebagian besar termasuk dalam kategori situs Warisan Dunia UNESCO.
“Kamboja adalah korban agresi bersenjata Thailand. Thailand telah menciptakan segala dalih untuk menekan dan menuduh Kamboja guna membenarkan tindakannya,” kata Pheaktra.
Kerusakan Total dan Peringatan UNESCO
Laporan menyebutkan bahwa setelah dua kali serangan militer dalam kurun waktu beberapa hari, sebagian besar struktur bersejarah Kuil Ta Krabei mengalami kerusakan total. Elemen arsitektur khas Khmer, seperti dinding batu laterit, ambang pintu berukir, dan blok-blok batu yang membentuk ruang inti candi, hancur lebur dan terpisah dari posisi aslinya. Relief dekoratif pun dilaporkan tidak lagi dapat dikenali.
Di sisi lain, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyampaikan keprihatinan mendalam atas kembali meningkatnya bentrokan antara Thailand dan Kamboja. UNESCO memperingatkan bahwa konflik tersebut berpotensi mengancam kelestarian bangunan bersejarah lainnya di wilayah perbatasan, terutama Candi Preah Vihear yang terdaftar dalam Daftar Warisan Dunia.
UNESCO, melalui pernyataannya dari Paris, menekankan kewajiban kedua negara untuk mematuhi hukum internasional guna melindungi properti budaya selama konflik bersenjata. Dilansir Nation Thailand pada Jumat (12/12/2025), UNESCO telah membagikan koordinat geografis berbagai situs Warisan Dunia dan situs budaya nasional kepada pihak terkait untuk mencegah kerusakan yang tidak disengaja maupun disengaja. Bentrokan yang terus berlanjut ini menambah kekhawatiran internasional terhadap risiko kerusakan permanen pada situs-situs arkeologis yang tak tergantikan di kawasan perbatasan.
